It rains when you’re here and It rains when you’re
gone
Hujan itu kembali lagi bersama tetesan yang memaksa mata ku
menjatuhkan mutiaranya. Aku kembali lagi mengenangnya. Entah bagaimana? lagu ini pun tepat terputar di playlistku
“ Forever and Always by Taylor Swift”
And
I stare at the phone, he still hasn’t called
And then you feel so low you cant feel nothing at all
And you flashback to when he said forever and always
Oh, and it rains in your bedroom
Everything is wrong
It rains when you’re here and it rains when you’re gone
Cause I was there when you said forever and always
And then you feel so low you cant feel nothing at all
And you flashback to when he said forever and always
Oh, and it rains in your bedroom
Everything is wrong
It rains when you’re here and it rains when you’re gone
Cause I was there when you said forever and always
***
Liriknya benar-benar
membuatku semakin kesal dan angin hujan
ini pun membuat mataku semakin perih, rasanya bahkan sampai ke hatiku. Bukan
lagu kenangan tapi lagu ungkapan hatiku saat ini tepatnya. Hujan beberapa tahun yang lalu pernah
mengukir hariku dengannya. Jariku pun
semakin gemulai menuliskan isi hatiku dalam diari tercinta. Huaaa sepertinya
ada yang salah dengan diriku mengapa harus mengenangnya?
“Bilaaaa !!!” teriakkan dari luar
kamar menghentikan goresanku. Suara yang akrab dan setiap hari seperti itu.
“Iyaa Ma” Aku pun keluar dan memenuhi panggilan
dari ratu tersayangku.
“Kamu kok belum makan? katanya tadi lapar?”
“owh iya ya ma, ni deh mau makan”
“Kenapa matanya bil, kok merah?”
“tadi di kucek ma, habis hujannya
bawa angin kenceng banget sih”
“Ya ampun Nabila, habis makan
jangan lupa di kasi tetes mata ya. Mama mau ke kamar dulu”.
Maaf Ma bohong bisikku dalam hati. Tapi bener juga
sih hujan membawa angin masa lalu yang bener-bener bikin mataku yang sipit ini
tambah sipit karena nangis.
Akupun makan dan melakukan semua
perintah ratuku tetap aja pikiranku masih terbawa ke hujan beberapa tahun yang
lalu. Tentang hujan pertama kalinya dia dan aku berdua. Ya hanya berdua.
***
“Wake up, wake up, Wake up..!!!!!”
Alarm dari kedua
Hp ku memanggil. Haa suasana setelah hujan kemarin bener-bener bikin badanku jadi
malas buat bangun. Tapi adzan memang yang paling manjur deh, aku langsung
bangun. Rutinitas seperti biasa setelah hari mingguku. KULIAH. Yah aku Nabila
Latifa Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris regular A di salah satu Universitas
negeri di Kal-Bar. Setiap pagi pukul 07.30 WIB adalah waktu ngampusku. Mama udah
siap aja tuh dengan nasi goreng favoritku di atas meja makan. Emb kembali lagi
terkenang. Sebenarnya ini makanan favorit dia, tapi entah sejak kapan juga jadi
makanan favoritku. Aah ku gelengkan
kepala secepat yang aku bisa.
“aduh pusing” ucapku keras.
“Bila makan yang bener , kenapa
lagi kepala di geleng-geleng? Kamu masuk jam berapa hari ini?”
“biasa Ma jam setengah 8”
“cepetan tu makan nya udah jam 7”
“Haa yang bener Ma?” dengan
terburu-buru aku habiskan sarapanku. Yah aku orang yang paling tepat waktu
kalau urusan berangkat kemana-mana apalagi ke kampus. Aku pun langsung
berangkat seusai sarapan dan tidak lupa pamit dengan Mama ku tersayang.
***
Alhamdulillah
jarak rumah ke kampus nggak jauh-jauh amat dengan berjalan kaki tepat 15 menit
aku tiba di kampusku tercinta. Senyum mengembang di pipi chubbyku karena hujan
kemarin membawa matahari hangat pagi ini.
***
“Din kamu udah buat ppt tugas pak
Samir belum?” tanyaku pada teman
sekelasku.
“Udah bil, tapi animasinya belum
dan rencananya aku mau minta lanjutin sama kamu nih buatnya hehe”
Dengan wajah nyengir flashdis pun
keluar dari sakunya. Yah begini nih kalau udah jadi anak kuliahan nggak
jauh-jauh dari makalah, power point, makalah, power point tapi aku nikamatin
kesibukan-kesibukan ku yang membuatku sibuk sendiri dan menyimpannya jauh di dalam laci memoriku. Kembali lagi pikiranku terjamah olehnya.
***
Tiba dirumah
selesai sholat ashar aku langsung ngerjain tugas-tugasku sampai lupa kalau aku
belum mandi. Seusai mandi adzan magrib pun tiba dan waktunya sholat. Ku
rebahkan tanganku seusai sholat, “ Ya Allah ampunilah dosa-dosa orangtua hamba,
dosa hamba, lindungilah keluarga kami ya Allah, semoga kami dapat selalu berada
di jalan yang Engkau ridhoi, di jalan yang lurus. Aaamiiin.” Itulah doaku setiap
kali sholat tapi untuk magrib ini, aku yang otak udang ini hampir tak lupa menyebutkan namanya di doaku.
“Ya Allah sedang apa dia? Adakah
dia memikirkan Bila, adakah satu menit saja kenangan juga terlintas di
memorinya? Semoga dia selalu berada di
jalan-Mu ya Allah. Aamiin. “
Tak terasa usai
sholat magrib isya segera menyusul. Waktu berputar begitu cepat tugas-tugasku
pun sedikit demi sedikit mulai terselesaikan. Waktu
mulai menunjukkan pukul 22.22 WIB
“wah kalau gini artinya dia lagi
kangen” haha itu mindset yang ku buat sendiri untuk menghibur hatiku
tentangnya. Udah hampir tengah malam tapi sebelum tidur aku melakukan ritualku dulu yaitu menulis di
Diariku.
Dear diari
“Ri hari ini di kampus biasa-biasa
aja, nggak kayak kemarin kami Cuma nonton presentasi kelompok lain. Tapi
badanku rasanya tetap aja capek. Oyaa ri karena hujan terus belakangan ini jadi
buat aku teringat dia, ya dia yang kemarin hampir terkubur bersama semua
kesibukanku kini hadir kembali bersama hujanku. Emb udah dulu ya ri aku mulai mengantuk. Night Ri.
***
“ma pulangnya agak telat ya Bila
kejebak hujan di sekolah ni”
“Iya tapi kalau uda agak teduh
pulang ya, ntar ada apa-apa lagi.”
“iya ma kayaknya hujannya juga
bentar lagi teduh”. Sembari menutup telepon aku menoleh ke belakang.
“Hai bil” sapa seseorang dari belakangku. Ha
apa aku nggak salah dengar ? itu dia, ya dia Rangga Putra Permana yang ku
kagumi em lebih tepatnya yang kusukai sejak kami duduk di kelas 1 SMA sekarang
ada di belakangku dan menyapaku lebih dulu. Biasa hanya dapat saling melihat
dari sudut bangku, hanya dapat saling bicara kalau aku sebagai bendahara
menagih Kas Kelas padanya. Dan hanya dapat sesekali saling mengirim pesan jika ada
tugas kelompok. Ada apa ini? Dia menyapa dan sekarang berdiri tepat di
sampingku. Kami memang sempat dekat tapi semenjak kejadian waktu itu ini
pertama kalinya lagi dia menghampiriku.
“hei bil, di panggil kok malah muka
sok imut gitu sih jawabnya”
Aku berusaha tenang. Ya ampun
jantungku berdegup kencang seperti pencuri yang sedang berlari di kejar masa.
“Ya Put, sori aku kaget tau”
“kaget apa gerogi? hehe”
“yee gerogi apa, kaget donk, orang
kamu tiba-tiba datang dari belakang gitu”
“Emb dasar ! Tumben Put lagi
kemarin kemana tu panggilan?”
“ha ?”
“Ha?”
“idih berarti kamu seneng dong kalau
aku panggil Puput? Itu kan kayak panngilan cewek :p ”
“haha bukan seneng. Terbiasa aja.
Ada yang hilang Bil.”
“ha apa yang hilang? Kunci motor
kamu ?”
Maaf, aku tahu maksud mu tapi
keadaan kemarin yang memaksa ku pergi ucapku dalam hati. Jujur aku rindu kamu Put
ntah pantas atau tidak tapi sekarang
rasanya ingin kabur dari hadapanmu.
“polos beneran apa sok polos neng? Aku serius bil. Kamu jauhin aku, dah
jarang sms aku apalagi nyemangatin aku kalau lagi tanding. Aneh liat kamu jauhin aku.”
“haa jadi kamu nggak risih kalau
aku selalu gangguin kamu. Aku malu Put semua aku yang mulai ”
“Oh jadi kamu bisa malu juga ya?”.
“Puput. Ah udah laa aku pulang dulu
udah teduh ni”.
“tunggu bil, aku yang antar”
“serius?”
“7 rius deh hehe”
“Ya udah emb”
Ini pertama kalinya aku di bonceng
sama dia.. Sepanjang per jalanan yang harusnya dengan motor bisa 10 menit
terasa 1 jam hujan jadi saksinya. “rumah
kamu dimana bil? Aku nggak tau alamat rumah kamu nih”
“Ntar juga tau”
Akhirnya tiba di
depan rumah. Aku pikir cukup dengan mengucapkan “Dah Put makasih ya” tapi ada
hal yang benar-benar nggak mungkin terjadi tapi terjadi. Rangga Putra Permana
menarik tanganku.
“Bila, aku sayang sama kamu”. Dengan
wajah bingung aku diam, dia pergi dan
biuss tanpa menoleh lagi. Aku butuh penjelasan dong untuk ucapannya, tapi tak
satu pesan pun darinya. Huh dasar masih saja seenaknya. Aku pun langsung angkat
bicara duluan. Satu pesan terkirim. “Maksud kamu apa sih Put? Nggak jelas ! “
dan sampai satu jam ku tunggu nggak ada jawaban. Pesan kedua dengan isi yang
sama pun terkirim lagi. Selama 3 jam tak ada satu balasanpun darinya.
Aku bingung sekaligus sedih, aku
menangis, berfikir mungkin aku tampak bodoh di matanya. Tiba-tiba Hp-ku bergetar
yah telpon dari Rangga. Ntah harus ku angkat atau tidak.
“Halo Assalammulaikum” jawabku
lesu. Perasaanku campur aduk antara kesal atas perlakuannya, tapi tetap
penasaran apa maksud dari ucapannya tadi sore.
“Waalaikumsalam Bil, maaf ya aku
nggak balas sms kamu tadi aku lagi les dan Hp aku tinggal dirumah”
“owh iya. Kesal sih tapi ada yang
lebih penting dan aku langsung aja ya. Apa sih maksud ucapan mu tadi sore?
Jujur aku bingung ”.
“Maaf sebelumya bil, aku juga bingung tapi tadi dan
memang hari ini rencananya aku mau nembak
kamu. Jadi sekarang aku perjelas, Kamu
mau nggak kalau aku jadi pacar kamu?”
“haaa? Apaan sih, candanya nggak
lucu”
“Bil, bukannya kita udah saling
suka dari dulu, Bukannya kita udah deket, kamu yang aneh tiba-tiba jauh dan aku
nggak mau kamu bener-bener jauh dari aku. Aku sayang kamu Bil. Kemarin,
sekarang, selalu Bil” ucapnya panjang lebar dan aku yang nggak kalah gemetar dengan
suaranya pun memutuskan untuk menunda jawabanku. Jujur seneng banget dengar
Pangeran hati yang selama ini cuma bisa ku anggap teman sekarang hadir dengan
kuda putihnya untuk menjemputku ke istananya. Tapi gimana dengan temanku yang
juga menyukainnya. Pikiranku mulai kalut.
“Put aku boleh tunda jawabannya
nggak? Aku butuh waktu”.
“Iya bil, jangan buru-buru. Aku
tunggu kok” ucapnya tegas dan manis. Aku yakin pilihan itu harus ada. Kemarin
aku juga udah liat Gisel jalan sama Gading kok, toh berarti Gisel udah
ngelupain Rangga dong, lagipula kan Cuma cinta sepihaknya Gisel. Aku berhak
dipilih oleh Rangga tegasku dalam hati.
***
“Em yang udah pacaran, berduaan
terus nih”
“apaan sih Sel, biasa aja kale.
Orang kamu juga tuh sama Gading”
Yaa hari ini tepat 3 bulan
hubunganku dengan Rangga. Kami jalanin hubungan yang berliku-liku hingga
sekarang sedikit mulus mulai membuatku
takut., aku takut bahagia ini akan membawanya pergi meninggalkanku ,
Tapi hari-hari indah bersamanya harus tetap ku jalani dan ku nikamati.
***
Hampir setahun kami lalui, entah
terasa ada jarak. Tapi kami berhasil menutupinya.
“Bil aku udah capek, aku nggak bisa
lagi kayak gini. Kamu masih berhubungan dengan dia, dan kamu ketemuan sama dia kan kemarin. Aku minta kita
temenan kayak dulu aja ya bil”
Satu pesan yang membuat gemetar tubuhku. Rasanya sesak.
“Apa sih Put, kamu salah faham,
bisa di bicarain dulu kan, kita ketemu aja ”.
“Nggak usah bil, aku udah capek
kayak gini, aku juga nggak tega liat kamu
sedih dan diam-diam nangis. Aku nggak bisa jalaninnya lagi bil semua
nggak bisa di paksa lagi. Kalau jodoh juga nggak kan kemana-mana kok bil”
“iyalah Put. Aku ikut aja dengan
keputusanmu. Tapi jujur aku bahagia kok jalan sama kamu dan aku harap kamu
nggak jadiin oranglain alas an buat kamu pergi. Karena aku sayang kamu. Maaf kalau selama ini nggak buat kamu nyaman”.
“Sayang tuh nggak Cuma buat pacar
aja kok bil ke teman juga bisa. Aku juga
minta maaf udah sering buat kamu nangis karena sikapku. Jangan sedih ya bil”
“Aku sedih Put, rasanya sakit baca
pesanmu buat aku mati rasa, tapi kamu minta aku jangan sedih. Jahat. Bahkan
airmataku aja sampe nggak keluar rasanya
aneh Put. Pacar pertamaku yang aku nggak tau apa maksud dari kata-katanya yang
aku juga bingung kenapa harus jadiin cowok lain yang awalnya teman kita bersama
sebagai alasan. Aku nggak sebodoh itu put
dan aku bukan tipe cewek yang ada dipikiranmu”. Andai pesan ini dapat aku
kirim, tapi hatiku melarang. Aku diam dengan semua spekulasi yang dibuatnya
karena aku tahu cemburunya yang membuatnya lelah untuk bertahan. Semua itu ku
simpulkan sendiri, seperti dia yang menyimpulkan semua semaunya.
***
Mataku mulai
berair lagi. Ini pasti karena angin yang di bawa hujan malam ini hiburku dalam
hati. Hujan kembali lagi mengingatkan ku padanya. Cinta pertama sekaligus pacar
pertamaku pengukir hari tapi si pematah hati.
Ntah apa yang kupikirkan tapi hujan
selalu membawa kenangan yang harusnya jauh tersimpan tapi kembali, lagi dan lagi.
Setiap hujan
kenangan itu hadir bersama senyumnya, candanya dan semua hari indah ku
bersamanya. Aku tak pernah membencinya dan aku harap begitu juga dia
terhadapku. Playlistku pun kali ini benar-benar mendukung suasana hatiku.
“A thousand years by Christina Perri”
I
have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more
“Love you to day
love you everyday” ucapan yang berarti buatku dari seorang Rangga Putra Permana
si batu. Aku masih menunggunya. Aku
menunggu tanpa ia pinta, tanpa ada pernyataan apapun, hanya menunggu sampai aku sadar bahwa dia tak
pantas lagi untuk aku tunggu sampai aku tahu bahwa ada gadis lain diharinya.
Meski kadang cemburu mengusik sepi, rindu menusuk kalbuku, aku masih menunggu
sampai dia benar-benar bahagia bersama dunia barunya yang tak pernah lagi
menghadirkanku. Hujan membawanya di sisiku kemarin, dan kini hujan menghadirkannya
kembali tanpa izinku dengan membawa hujan indah dipipiku. Terimakasih hujanku.
0 komentar:
Posting Komentar